Integrasi data magnetotelurik (MT) dan gayaberat satelit digunakan untuk mendelineasi keberadaan batuan induk di bawah permukaan di Cekungan Bintuni. Data MT diperoleh dengan survei darat sebanyak 8 titik pengukuran yang membentang sepanjang 20 km berarah timurlaut-baratdaya. Pengolahan data MT berhasil meningkatkan kualitas data dari rentang 53,17 - 74,53 % ke rentang koherensi 78,57 - 91,12 %. Data MT dengan kualitas baik selanjutnya digunakan untuk melakukan pemodelan bawah permukaan. Data gayaberat diperoleh dari data GGMPlus yang memiliki resolusi spasial sebesar 200 m. Data berupa gravity disturbance kemudian diolah hingga memperoleh anomali Bouguer lengkap. Selanjutnya, anomali Bouguer lengkap ditapis untuk memperoleh sebaran anomali residual. Hasil dari metode gayaberat menunjukkan adanya klosur anomali tinggi dan rendah dengan arah baratlaut -tenggara yang diduga merupakan sumbu antiklin-sinklin di sekitar area yang tersesarkan geser mengiri berarah timurlaut - baratdaya. Geometri struktur geologi berupa antiklin dan sinkin tersebut dikonfirmasi oleh penampang vertikal MT yang sekaligus memetakan keberadaan puncak (top) anomali tahanan jenis rendah yang diperoleh di kedalaman 1.500 - 4.000 m di bawah permukaan. Anomali tahanan jenis rendah ini diduga merupakan respons keberadaan mature black shale Formasi Ainim yang berperan sebagai batuan induk di Cekungan Bintuni. Integrasi metode MT dan gayaberat ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam studi regional pada Cekungan Sedimen.Katakunci: Cekungan Bintuni, gayaberat, GGMPlus, magnetotelurik, struktur geologi. 
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022