Kehadiran media baru pernah dijadikan sebagai ruang keterbukaan bagi individu untuk menyampaikan dan menerima informasi mengenai ragam identitas dan/atau orientasi seksual karena adanya ruangan terbatas dalam publik. Saat berada di ruang virtual, keberadaannya masih banyak dikritik, namun ada juga yang memberikan dukungan seperti autobase ssefnum yang menciptakan ruang aman (safe palce) bagi cyber account yang memiliki keragaman identitas dan/atau orientasi seksual di Twitter. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor keterbukaan diri pada seseorang yang memiliki cyber account dengan menggunakan konsep self-disclosure. Analisa dilandaskan kepada teori komunikasi antarpribadi, keterbukaan diri dan teori media sosial. Penelitian dilakukan dengan kualitatif dan dengan pendekatan fenomenologi. Sampel yang diambil dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan (purposive sampling). Temuan yang dihasilkan bahwa para individu yang memiliki cyber account beridentitas sebagai biseksual memiliki setidaknya tujuh faktor keterbukaan diri menurut DeVito, oleh karena itu mereka menjadikan autobase ssefnum sebagai tempat aman (safe place) bagi kelompok minoritas LGBT.
Copyrights © 2023