Saat ini prevalensi anak autisme meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 1987 jumlah anak autismediperkirakan 1:5000. Jumlah ini meningkat dengan pesat, pada tahun 2005 menjadi 1:160, dan tahun2014 WHO mengidentifikasi 1 dari 68 anak mengalami autisme (1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari189 anak perempuan). Kondisi yang sering terjadi pada anak autisme adalah gangguan pencernaan danpenyimpangan metabolisme yang menyebabkan gluten dan kasein tidak bisa dicerna dan berubahmenjadi peptida yang bisa meracuni otak dan memberi efek pada gangguan fungsi otak, sehingga anakmenjadi hiperaktif. Terapi diit merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan di rumah dengan caramenghindari berbagai jenis makanan yang mengandung gluten, kasein, jamur, dan makanan yangmengandung zat aditif, sehingga pengaturan pola makan perlu mendapat perhatian. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pola konsumsi makanan pada anak autisme di SLBN 1 Garut. Penelitianini menggunakan rancangan crossectional dengan sampel penelitian total populasi yaitu seluruh siswaSLBN 1 Garut penyandang autisme. Pola konsumsi makanan dikumpulkan dengan metode food recalldan food frekwensi yang diolah dengan program NutriSurvey dan dianalisis secara deskriptif. Hasilpenelitian menunjukkan rata-rata asupan energi sebanyak 1673,863 Kcal, asupan protein 63,113 gram,asupan lemak 61,100 gram, dan asupan karbohidrat sebanyak 255,250 gram. Sepuluh jenis makananyang paling banyak dikonsumsi anak autisme di SLB N 1 Garut adalah susu, es krim, nugget, sosis,biskuit, mie instan, roti, keju, youghurt, dan jus buah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anakautisme di SLB Negri 1 Garut memiliki rata-rata asupan protein, lemak dan karbohidrat di bawahkebutuhan yang seharusnya, dan mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten, kasein danjamur/fermentasi.Disarankan orang tua untuk meningkatkan pemberian nutrisi dan membatasi pemberian makanan yangmengandung gluten, kasein dan mengandung zat aditif, serta menggantinya dengan makanan yanglebih sehat.
Copyrights © 2019