Pandangan Islam tentang manusia dan kehidupan terbentuk dengan asas harmoni dan gabungan antara indera, akal, dan hati yang beriman. Harmoni ketiganya itu merupakan pangkal epistimologis paling fundamental dalam filsafat Islam. Permikiran dengan penghayatan dimanfaatkan sebagai instrumen atau alat dalam melakukan riset berdasar kerangka epistimologis tersebut. Aktifitas berpikir dianggap sebagai sebuah tugas suci dalam Islam, dan berpikir adalah alat untuk melahirkan hidup yang progresif, yang terbentuk dengan cara menyerap nilai-nilai dari realitas. Pendidikan Islam harus menjadi proses mencetak “insan kamil” yang mampu memaksimalkan seluruh potensi dirinya. Lazimnya metode pendidikan harus mencerminkan nuansa integratif-interkonektif yang mampu merangsang berkembangnya potensi secara maksimal.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2019