Berdasarkan data dari World Health Organization (2017) kematian akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan kurang lebih 1% keseluruhan kematian di Indonesia. Kira-kira 1.1% komunitas Indonesia menderita asma. Data WHO, prevalensi asma bronchial di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada orang dewasa dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Setiap tahun mortalitas asma bronchial meningkat di seluruh dunia dari 0,8% per 100.000 pada tahun 2016, menjadi 1,2% per 100.000 pada tahun 2017 dan meningkat lagi menjadi 2,1% per 100.000 pada tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment design dengan pendekatan pre test-post test one group design. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25 responden, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accedental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata frekuensi serangan asma sebelum diberikan latihan pernapasan diafragma adalah (5.20), standar deviasi (1.190) dan median (5.00), sedangkan rerata frekuensi serangan asma setelah dilakukan intervensi latihan pernafasan diafragma adalah (2.52), standar deviasi (1.229) dan median (2.00), dan ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian latihan pernafasan diafragma terhadap frekuensi serangan asma bronkial pada pasien asma dengan nilai (p-value = 0,000). Peneliti menyarankan kepada pihak Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu untuk dapat membuat program latihan pernafasan diafragma pada pasien asma bronkial sehingga pasien asma mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021