Foraminifera merupakan salah satu proksiterbaik yang digunakan untuk mengetahui kondisi paleoekologi seperti penentuan suhu permukaan laut. Suhu permukaan laut menjadi parameter ekologi yang penting untuk membedakan karakteristik oseanografi pada suatu perairan/cekungan. Penelitian ini melakukan rekonstruksi suhu permukaan laut (SPL) di Perairan Utara Papua berdasarkan kumpulan foraminifera planktonik. Pada penelitian ini digunakan sedimen inti dengan kode OS-07yang diambil pada Ekspedisi Nusa Manggala 2018. Wilayah ini dipilih karena merupakan pintu masuk arlindo (arus lintas Indonesia)sebagai bagian dari sirkulasi globals ehingga Perairan Utara Papua dianggap akan merekam kejadian iklim global. Metoda yang digunakan adalah Modern Analogue Technique (MAT) dan pengelompokan foraminifera di Pasifik mengikuti Parker (1960)dalam Boltovskoy dan Wright (1976). Hasil analisis suhu menggunakan kedua metoda tersebut menunjukkan polaperubahan yang sama. Pada interval kedalaman 246-88 cm dominasi foraminifera zona tropik rendah sedangkan pada kelompok foraminifera subtropik, transitional, dan subantartik mengalami peningkatan yang diinterpretasikan kondisi suhu yang relatif lebih rendah. Foraminifera pada interval kedalaman 88-0 cm mengalamipeningkatan dan terdapat dominasi kelompok foraminifera tropik yang diinterpretasikan adanya kondisi suhu yang relatif lebih tinggi. Hal ini juga selaras dengan hasil rekonstruksi SPL berdasarkan MAT dari data kumpulan foraminifera yang menunjukkan adanya dua pola SPL yaitu pada kedalaman 246-88cm dan 84-0 cm. Peralihan kedua pola, interval kedalaman 86 cm, diinterpretasikan sebagai batas perubahan dari Pleistosen ke Holosen. Perbedaan suhu pada rata-rata untuk bulan Februari pada Pleistosen adalah 1,33oC lebih dingin dibandingkan pada Holosen dan perbedaan suhu pada bulan Agustus adalah 0,82oC lebih dingin pada Pleistosen dibandingkan pada Holosen. Kata kunci: Foraminifera, SPL, MAT, Samudra Pasifik
Copyrights © 2020