Konflik salah satunya terjadi dikarenakan oleh ketidaksamaan pandangan diantara kedua belah pihak serta adanya perebutan hak seperti yang terjadi dalam konflik antara ojek online dan ojek pangkalan yang merasa rezeki dari ojek pangkalan telah direbut oleh ojek online di wilayah Jatinangor, Sumedang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena konflik dan resolusi konflik antara ojek online dan ojek pangkalan yang terjadi di kawasan Jatinangor Sumedang dengan menggunakan alat bantu analisis konflik berupa penahapan konflik. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh bersumber pada data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan tahapan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara ojol dan opang di wilayah Jatinangor ini terjadi dalam lima tahapan yaitu pra konflik, konfrontasi, krisis, akibat, dan pasca konflik. Dalam kasus ini juga ditemukan pra konflik dan konfrontasi lanjutan. Conflicts occur due to differences of opinion between the two parties and the struggle for rights such as that which occurred in the conflict between online motorcycle taxis and motorcycle taxis who felt that their livelihood from motorcycle taxis had been taken by online motorcycle taxis in the Jatinangor area, Sumedang. This study aims to analyze the phenomenon of conflict and conflict resolution between online motorcycle taxis and motorcycle taxis that occurred in the Jatinangor Sumedang area using conflict analysis tools in the form of conflict stages. The study used a descriptive method with a qualitative approach. The data obtained were sourced from primary data and secondary data. Data collection techniques were in the form of in-depth interviews and literature studies. Data analysis techniques used the stages of data reduction, data display, and drawing conclusions. The results of the study showed that the conflict between motorcycle taxis and opang in the Jatinangor area occurred in five stages, namely pre-conflict, confrontation, crisis, consequences, and post-conflict.
Copyrights © 2024