ABSTRAK Tari Kukupu merupakan salah satu karya tari Badan Kesenian Indonesia (BKI) tahun 1952, yang disajikan oleh sekelompok perempuan yang menggambarkan tentang siklus atau daur hidup kupu-kupu sebagai seekor serangga. Di balik pesonanya, karya ini bukan semata hasil kreasi individual, melainkan buah kolaborasi transdisipliner tiga agen yaitu Raden Tjetje Somantri, Tubagus Oemay Martakusumah, dan Kayat (Soma). Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dan mengungkapkan proses kerja kreatif dan inovatif penciptaan Tari Kukupu, yang terwujud melalui sinergisitas lintas disipliner. Melalui metode kualitatif pendekatan fenomenologi dengan wawancara mendalam, observasi, dan analisis konten. Tulisan ini memaparkan tentang gaya koreografi Tjetje, estetika kostum Oemay, serta komposisi musik Kayat (Soma) yang saling berkaitan dan berkontribusi dalam menghidupkan Tari Kukupu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiganya telah berhasil menyajikan Tari Kukupu dengan sentuhan dan warna baru yang tetap mempertahankan nilai-nilai dan identitas tradisi Sunda. Karya ini menjadi bukti bahwa tradisi dan modernitas dapat saling melengkapi dalam menjaga keberlangsungan warisan budaya. Kata Kunci: Kreativitas, Inovasi, Tari Kukupu, Raden Tjetje Somantri, Tubagus Oemay Martakusuma, dan Kayat. ABSTRACT THE CREATIVITY IN KUKUPU DANCE AT THE INDONESIAN ARTS AGENCY IN 1952, JUNE 2024. The Kukupu Dance is one of the dance works of Badan Kesenian Indonesia (BKI) in 1952, which is presented by a group of women which describes the cycle or life cycle of a butterfly as an insect. Behind its charm, this work is not merely the result of individual creation, but also the result of a transdisciplinary collaboration among three agents, namely Raden Tjetje Somantri, Tubagus Oemay Martakusumah, and Kayat (Soma). This article aims to analyze and reveal the creative and innovative work process of creating the Kukupu Dance, which was realized through cross-disciplinary synergy. Through a qualitative method of phenomenological approach, in-depth interviews, observation and content analysis. This article describes Tjetje's choreography style, the aesthetics of Oemay's costumes, and Kayat's (Soma) musical composition which are interrelated and contribute to develop the Kukupu Dance. The results of the research show that the three of them have succeeded in presenting the Kukupu Dance with a new touch and color that still maintains the values and identity of Sundanese tradition. This work is a proof that tradition and modernity may complement each other in maintaining the sustainability of cultural heritage. Keywords: Creativity, Innovation, Kukupu Dance, Raden Tjetje Somantri, Tubagus Oemay Martakusuma, and Kayat.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024