Artikel ini mengkaji dakwah islam yang dilakukan oleh masyarakat marginal Muslim Buton melalui tradisi haroa. Tradisi ini dilakukan mulai dari rumah-rumah warga, mesjid dan rumah pejabat. Pada tradisi ini diyakini dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat muslim marginal Buton tentang pentingnya dakwah karena tradisi ini dilakukan pada setiap hari besar islam. Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Mahrudin yang mengangkat judul tentang Tradisi Haroa dalam kaitannya dengan resolusi konflik. Kalau penelitian sebelumnya menjadikan tradisi haroa sebagai resolusi konflik, maka penelitian ini menjelaskan bahwa tradisi haroa dapat pula dijadikan media dakwah dalam masyarakat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan etnografi, hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi ini telah melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kegenerasi masyarakat muslim marginal Buton berikutnya, karena sampai saat ini tradisi haroa ini masih dilakukan setiap memasuki hari-hari besar islam sehingga keberlangsungan ajaran islam beserta pemeluknya dari generasi kegenerasi berikutnya tidak terputus. Tradisi haroa dalam pemahaman masyarakat marginal buton telah memberikan manfaat yang sangat besar dalam pemahaman keagaman karena melalui acara ini orang yang tidak pernah mendengarkan ayat-ayat suci alqur'an dengan tradisi ini dapat langsung mendengarkan ayat suci al qur’an yang di bacakan oleh Imam, lebe dan Modhi. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak pernah shalat melalui tradisi haroa masyarakat marginal buton dalam menghadiri haroa berpenampilan menarik seperti memakai kopiah, sarung dan baju muslim. Oleh karena itu, melalui tradisi haroa masyarakat muslim pesisir Buton dapat diajak untuk melestarikan nilai-nilai islam dari generasi-kegenerasi, sehingga keberlangsungan islam di Buton sampai saat ini masih terjaga dengan baik.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2015