Pekarangan menjadi bagian warisan budaya bangsa Indonesia sebab praktik pemanfaatannya sangat berkaitan dengan kultur Bangsa Indonesia yaitu bercocok tanam. Pemanfaatan pekarangan sebagai lahan untuk budidaya tanaman, ikan dan ternak sangat berperan dalam membantu meningkatkan nilai ekonomi rumah tangga, fungsi sosial budaya dan kemasyarakatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui komponen penyusun pekarangan; 2) Mengetahui pola pengelolaan pekarangan dan nilai sosial ekonominya; 3) Mengetahui tingkat keberlanjutan pekarangan beberapa suku di Kabupaten Berau Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret-Mei 2023, di Kelurahan Gunung Tabur, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Pengambilan sampel untuk data primer dilakukan secara purposive sampling dengan memilih 40 responden. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder didapatkan dari desa dan dinas terkait di Kabupaten Berau Propinsi Kalimanta Timur. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat perbedaan komponen penyusun pekarangan. Jumlah komponen terbesar terdapat pada pekarangan Suku Toraja (59 jenis), selanjutnya Suku Jawa (56 jenis), Bugis (51 jenis) dan Berau (40). Komponen ternak, komponen terbesar terdapat pada suku Toraja (4 jenis), Bugis (4 jenis), Jawa (2 jenis) dan Berau (1 jenis), sedangkan pekarangan Suku Berau lebih didominasi tanaman hias. 2) Pola pekarangan dominan adalah pola agrosilvopastura, pola ini juga banyak ditemukan pada Suku Toraja (50%). 3) Secara umum tingkat keberlanjutan pekarangan berdasarkan Nilai Indeks Keberlanjutan tertinggi adalah pekarangan Suku Toraja (3), Suku Jawa (2,66), Bugis (2,33) dan Berau (2,00). Nilai Indeks Keberlanjutan Pekarangan adalah 2,50 dengan kategori Tingkat Keberlanjutan Sedang.
Copyrights © 2024