Every faithful person understands that God is a loving entity and loves His creation tremendously. His actions are understood as a manifestation of true love. However, is God's love a categorical or normative thing? Does God's love equate to the absence of hatred or "cruelty" based on a human lens? Therefore, this article examines God's freedom and sovereignty, which boils down to the dialectic of the themes of 'divine love' and 'divine violence'. The following step is to explore the participatory relationship between God and man through the person of Christ to emphasize God's sovereignty in loving His creation. The distinction between human love and the true love of God is made so that the connection between the two is not understood as a fusion. The culmination and offer of this article is that "true love" is God's identity and not a categorical understanding of theology, so His every action is a realization of His love. Abstrak Setiap pribadi yang beriman memaknai Allah sebagai entitas yang penuh kasih, dan sangat mencintai ciptaan-Nya. Tindakan yang dilakukan-Nya dipahami sebagai perwujudan cinta sejati. Kendati demikian, apakah cinta yang dimiliki oleh Allah merupakan sesuatu yang kategoris atau normatif? Apakah cinta yang dimiliki Allah sama dengan ketidak-ada-an kebencian atau “kekejaman†berdasarkan lensa manusiawi? Oleh karena itu, artikel ini meneliti tentang kebebasan dan kedaulatan Allah yang bermuara pada dialektika tema “kasih ilahi†dengan “kekerasan ilahi. Langkah berikutnya adalah mendalami keterhubungan yang partisipatif antara Allah dan manusia melalui pribadi Kristus untuk menekankan kedaulatan Allah dalam mencintai ciptaan-Nya. Pembedaan cinta manusia dan cinta sejati yang ada pada Allah dilakukan agar keterhubungan keduanya tidak dipahami sebagai sebuah peleburan. Puncak sekaligus tawaran dari artikel ini adalah “cinta yang sejati†adalah jati diri Allah dan bukan pemahaman teologis yang bersifat kategoris, sehingga setiap tindakan-Nya adalah perwujudan cinta-Nya.
Copyrights © 2024