Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sering dialami dan menjadi alasan paling sering mengapa individu mengunjungi tenaga ahli professional perawatan kesehatan. Pada beberapa kasus ketika seorang dokter tidak kompeten dalam menilai rasa nyeri, mendiagnosis, dan meresepkan obat, akan membuat rasa nyeri menjadi sulit ditangani. Manajemen nyeri yang memadai merupakan kunci utama keselamatan dan kepuasan pasien serta kualitas layanan medis yang diberikan di rumah sakit. Studi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terkait pharmacology pain management pada mahasiwa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan tahun 2020. Studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional ini dilakukan dari bulan Januari-Mei 2024. Data studi didapatkan dari hasil 36 pertanyaan kuesioner, meliputi: pain assesment tools, pain pathway, klasifikasi myeri, nyeri nociceptive dan neuropatik, WHO analgesic ladder, serta farmakoterapi nyeri nociceptive dan neuropatik. Studi diikuti oleh 123 responden dan tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Hasil studi didapatkan sebesar 92 (74,8%) responden memiliki pengetahuan baik terkait pharmacology pain management, meliputi: pain assesment tools (73,2%), pain pathway (65,0%), klasifikasi nyeri (67,5%), pengetahuan nyeri nosiseptif (67,5%), pengetahuan nyeri neuropatik (67,5%), WHO analgesic ladder  (68,3%), farmakoterapi nyeri nociceptive yang terdiri dari mekanisme kerja obat (65,0%), sediaan dan dosis (66,7%), efek samping (64,2%), serta farmakoterapi nyeri neuropatik yang terdiri dari mekansime kerja obat (61,0%), dosis dan sediaan (27,6%), dan efek samping obat (70,7%). Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan pharmacology pain management pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan tahun 2020 masuk ke dalam kategori baik.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024