Batik Ambarawa merupakan wujud budaya di Kabupaten Semarang yang telah dikaji dan diproduksi oleh Komunitas Batik Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna yang ada pada motif batik Ambarawa menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika pada teori yang dikembangkan oleh Ferdinand De Saussure. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman dengan urutan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif batik Ambarawa diantaranya Tambal Kanoman yang terbentuk dari beberapa motif batik klasik yang memiliki makna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak dalam kehidupan. Motif Ceplok yang terbentuk dari penggambaran bunga teratai yang memiliki makna kepercayaan kepada tuhan dan keseimbangan hidup. Motif Lokcan yang terbentuk dari gambaran burung Hong atau Phoenix yang memiliki makna berpegang teguh dengan prinsip kebaikan. Motif Semen yang tergambar dengan bentuk binatang dan tumbuhan yang memiliki makna keseimbangan hidup. Motif Baru Klinting yang berbentuk ular naga yang memiliki makna menjadi seorang insan yang berani dalam kebenaran, berbudi pekerti baik serta bertanggung jawab. Motif Wayang yang terbentuk dari tokoh Pandhawa yang bermakna kebaikan dalam kehidupan. Penelitian ini sebagai sarana pemahaman semiotika antara bentuk dan makna pada batik serta sebagai sarana pendidikan dan pelestarian budaya.
Copyrights © 2024