Holistik: Journal For Islamic Social Sciences
Vol 15, No 2 (2014)

MENCARI AKAR RUJUKAN AJARAN MA’RIFAT SYAIKH NURUDDAROIN PESANTREN “MUKASYAFAH ‘ARIFIN BILLAH” DESA KARANGSARI KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON

Suteja Suteja (Unknown)



Article Info

Publish Date
05 Mar 2016

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan tentang akar-akar rujukan ajaran Ma’rifat SyaikhNuruddaroin di Pesantren Mukasyafah Arifin Billah Desa Karangsari Kec.Weru Kab. Cirebon. Dengan memanfaatkan metode kualitatif dan pendekatansosio-historis, kajian ini melahirkan beberapa temuan. Pertama, MuhammadNuruddaroin bertekad kuat ingin mencari Allah Swt. atas dasar kecintaan dankerinduannya yang teramat dalam ingin bertemu Dia. Pada tanggal 26 Rabi’ulAwwal 1338 H./1919 M. seusai shalat Jumat, tepatnya dari mulai jam dua siangsampai menjelang tiba waktu shalat Ashar, dia mengalami kelenger (fanâ`).Dia meyakini telah mengalami empat tingkatan kematian, yaitu mati abang,mati putih, mati ijo, dan mati ireng. Sejak saat itu, ia merasa telah mencapaimaqam inkisyâf. Ia meyakini peristiwa tersebut sebagai ma’rifah. Namundemikian, dia tidak menganut paham kesatuan hamba dengan Tuhannyaataupun bersemayamnya Tuhan dalam diri manusia. Ia tetap konsisten denganajaran ma’rifah al-Ghazali; kedua, Al-Ghazali membatasi ma’rifatullah kepadakemampuan (karunia)untuk mengenali rahaia dari banyak rahasia Allah, bukanmelhat atau bertemu (musyahadah) Alah di dunia. Dan ketiga, Musyahadahyang, diklaim Muhammad Nuruddaroin tidak terdapat dalam tasawuf al-Ghazali dan betentangan dengan konsep ma’rifat al-Ghazali.Kata Kunci: Tasawuf, Ma’rifat Syaikh Nuruddaroin, Pesantren MukasyafahArifin Billah dan Ma’rifah al-Ghazali.Artikel ini mendeskripsikan tentang akar-akar rujukan ajaran Ma’rifat SyaikhNuruddaroin di Pesantren Mukasyafah Arifin Billah Desa Karangsari Kec.Weru Kab. Cirebon. Dengan memanfaatkan metode kualitatif dan pendekatansosio-historis, kajian ini melahirkan beberapa temuan. Pertama, MuhammadNuruddaroin bertekad kuat ingin mencari Allah Swt. atas dasar kecintaan dankerinduannya yang teramat dalam ingin bertemu Dia. Pada tanggal 26 Rabi’ulAwwal 1338 H./1919 M. seusai shalat Jumat, tepatnya dari mulai jam dua siangsampai menjelang tiba waktu shalat Ashar, dia mengalami kelenger (fanâ`).Dia meyakini telah mengalami empat tingkatan kematian, yaitu mati abang,mati putih, mati ijo, dan mati ireng. Sejak saat itu, ia merasa telah mencapaimaqam inkisyâf. Ia meyakini peristiwa tersebut sebagai ma’rifah. Namundemikian, dia tidak menganut paham kesatuan hamba dengan Tuhannyaataupun bersemayamnya Tuhan dalam diri manusia. Ia tetap konsisten denganajaran ma’rifah al-Ghazali; kedua, Al-Ghazali membatasi ma’rifatullah kepadakemampuan (karunia)untuk mengenali rahaia dari banyak rahasia Allah, bukanmelhat atau bertemu (musyahadah) Alah di dunia. Dan ketiga, Musyahadahyang, diklaim Muhammad Nuruddaroin tidak terdapat dalam tasawuf al-Ghazali dan betentangan dengan konsep ma’rifat al-Ghazali.Kata Kunci: Tasawuf, Ma’rifat Syaikh Nuruddaroin, Pesantren MukasyafahArifin Billah dan Ma’rifah al-Ghazali.Kata Kunci: Tasawuf, Ma’rifat Syaikh Nuruddaroin, Pesantren Mukasyafah Arifin Billah dan Ma’rifah al-Ghazali.

Copyrights © 2014






Journal Info

Abbrev

holistik

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Holistik Journal for Islamic Social Sciences is a publication containing the results of research, development, studies and ideas in the field of Islamic social sciences. Firstly published in 2016 and has been listed on PDII LIPI on May 27, 2016, Holistik Journal published twice a year, in July and ...