Adanya peningkatan aktivitas industri berisiko untuk meningkatkan kerusakan lingkungan, baik dari eksploitasi bahan baku, aktivitas produksi maupun dari buangan limbah akibat proses produksi. Oleh karena itu peningkatan aktivitas industri harus dibarengi dengan peningkatan upaya pengelolaan lingkungannya. Penelitian ini mengkaji risiko lingkungan yang dapat diakibatkan dari suatu sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 di PT XYZ. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia. Saat ini, PT XYZ sedang berfokus pada pengembangan efisiensi pengelolaan limbahnya, terutama limbah B3. Oleh karena itu, untuk meningkatkan sistem pengelolaan limbah industri di PT XYZ sebagai upaya dan komitmen perusahaan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan, diperlukan adanya kajian risiko dengan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis untuk mengidentifikasi risiko serta akibat yang dapat ditimbulkan dari sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Fishbone Analysis dan FMEA, dimulai dengan mengidentifikasi risiko melalui identifikasi kegagalan, penyebab, dan efek potensial dari sistem pengelolaan B3 dan limbah B3 dengan menggunakan diagram fishbone. Dilanjutkan dengan perhitungan Risk Priority Number (RPN) berdasarkan tingkat severity, occurrence, dan detection menggunakan metode FMEA. Selanjutnya dilakukan penyusunan skenario pengendalian risiko berdasarkan hasil identifikasi dan perhitungan RPN. Metode FMEA dipilih karena metode ini dapat menganalisis hampir setiap risiko yang didapat dan dapat mempertimbangkan risiko dalam jumlah besar. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan observasi, wawancara, dan data sekunder dari perusahaan menunjukkan potensi kegagalan terbesar berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) pada pengelolaan B3 terjadi pada item Oli, yaitu berupa tumpahan atau ceceran Oli dengan nilai RPN sebesar 75. Sedangkan, pada pengelolaan limbah B3, potensi kegagalan terbesar yaitu keluarnya gas atau limbah cair B3 (Ammonium Hidroksida) dengan nilai RPN sebesar 50. Adapun mitigasi risiko yang diusulkan berupa engineering control, perbaikan manajemen, dan peningkatan deteksi kegagalan.
Copyrights © 2023