Artikel ini membincangkan narasi intoleransi warganet yang terdapat pada akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Dewasa ini pemberitaan isu-isu keagamaan di media sosial banyak mengandung propaganda yang menunjukkan sikap tidak toleran pada perbedaan pandangan, maupun pendapat dengan pihak lain yang berbeda aliran atau paham keagamaan. Artikel ini berangkat dari permasalahan bagaimana warganet dalam hal ini akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah menampilkan postingan yang mengandung narasi intoleransi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Peneliti menggunakan teori analisa wacana kritis Fairclough untuk menganalisa isi akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Fairclough mendeskripsikan tiga dimensi, yaitu: 1) teks. Pada dimensi ini data teks menjadi objek kajian yang di analisis. Dalam dimensi ini dilihat aspek kebahasaan ditampilkan melalui representasi, relasi, dan identitas; 2) discourse practice atau analisis praktek wacana. Pada dimensi ini ditentukan proses reproduksi dan konsumsi suatu teks. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada kolom komentar dari akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah; 3) dan socio-cultural practice. Dimensi ini menekankan pada analisis hubungan antara relasi akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah, budaya yang ada di lingkungan si pemilik akun tersebut dan politik tertentu yang berpengaruh terhadap kehadiran teks. Tulisan ini menggunakan pendekatan netnografi dalam menganalisis kasus akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Data yang digunakan berasal dari isi konten akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah yang menggemakan jihad, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan wacana kritis. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan warganet menampilkan komentar atau pendapat yang bernada intoleransi yang terdapat pada akun Facebook Pembawa Panji Jihad Fisabilillah. Narasi intoleransi itu terkesan sebagai perang pemahaman keagamaan seseorang yang kemudian ditampilkan, selanjutnya direspon oleh warganet lainnya. Tampilan tersebut terjadi proses komunikasi yang menunjukkan adanya sikap yang terindikasi sebagai propaganda. Konten-konten itu dapat menjadi sebab munculnya paham dan sikap intoleransi bagi warganet.
Copyrights © 2023