Kebiasaan berbicara dua bahasa saat berinteraksi dengan orang lain disebut kedwibhasaan. Oleh karena itu, gejala penggunaan dua bahasa ini akan lebih kompleks jika unsur-unsur dari bahasa lain ditambahkan. Kerumitan ini berasal dari kenyataan bahwa mereka harus menentukan dengan bahasa apakah cara terbaik untuk berkomunikasi satu sama lain atau tidak. Selain itu, penutur harus dapat memilih bahasa atau variasi kode yang sesuai dengan keadaan. Kasus semacam ini menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan bentuk penggunaan kedwibahasaan pada masyarakat sasak di Desa Labuhan Burung. Data dalam penelitian ini adalah tuturan penutur sasak yang mengandung kedwibahasaan. Metode yang digunakan deskriptif kualitatlif yaitu mendeskripsikan bentuk kedwibahasaan yang digunakan oleh penutur sasak di desa Labuhan Burung. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik catat, simak libat cakap, dan rekam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada tiga jenis kedwibahasaan yang dituturkan penutur sasak di Desa Labuhan Burung. Penggunaan kedwibahasaan tersebut berupa; 1) kedwibahasaan majemuk; 2) kedwibahasaan sejajar; 3) kedwibahasaan subordinatif. Dengan demikian, masyarakat Sasak di Desa Labuhan Burung termasuk dalam masyarakat dwibahasa karena mampu menggunakan dua bahasa dalam berintraksi sehari-hari.
Copyrights © 2024