Latar Belakang: Manivestasi seni dan budaya tidak hanya bersumber dari karya cipta seni maupun pelestari seni saja, namun budaya yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat yang terus dilestarikan juga menjadi salah sejarah perjalanan budaya masyarakat. Pesantren Baitus Sholihin Genggong, Kabupaten Probolinggo merupakan pesantren yang mempertahankan pola pendidikan islam menggunakan model salaf. Namun, modernisasi menjadi salah satu tantangan besar bagi pesantren yang menjalankan pendidikan secara konvensional, oleh sebab itu perlunya akselerasi penunjang sebagai bentuk penguatan pelestarian melalui film guna mempertahankan tradisi, budaya dan adat pesantren yang sudah berjalan. Tujuan: Tujuan pembuatan film pendek fiksi berjudul: “Tashwirul Afkar” dalam pesantren adalah untuk menggali dan memaknai nilai-nilai yang bersumber dari kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi pemikiran di pesantren sebagai manivestasi kebudayaan. Metode: Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif melalui narasi yang menarik dan menggugah, dengan memadukan unsur visual, audio visual (musik dan dialog). Film ini juga menampilkan beberapa tokoh penting dalam pesantren, guna memberikan wawasan mendalam tentang tradisi pemikiran dalam pesantren. Hasil: Hasil pembuatan film ini adalah untuk memperkenalkan pesantren dan tradisi pemikirannya kepada masyarakat luas, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap kearifan lokal yang ada di Indonesia. Selain itu, film ini juga diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif bagi generasi muda dalam memahami nilai-nilai agama dan kehidupan yang sejalan dengan tradisi pemikiran pesantren. Kesimpulannya film ini akan dipromosikan melalui media sosial, festival film, dan acara-acara yang terkait dengan kegiatan pesantren. Kesimpulan: Dengan demikian, diharapkan film ini dapat mencapai khalayak yang lebih luas dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia dalam memperkuat nilai-nilai kearifan lokal
Copyrights © 2024