Negara Rwanda pada tahun 1990-1994 mengalami perang sipil antara etnis Hutu dan etnis Tutsi. Dewan Keamanan (DK) PBB membentuk United Nations Assistance Mission for Rwanda (UNAMIR) sebagai respon terhadap kondisi di Rwanda. Namun dalam kenyataannya misi perdamaian tersebut tidak berjalan mulus. Fokus penelitian ini membahas faktor kegagalan misi perdamaian PBB di Rwanda (UNAMIR). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersumber pada data sekunder studi kepustakaan. Penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan peacebuilding triangle dari Michael W. Doyle yang menjabarkan 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan misi perdamaian yaitu local capacity, hostility, dan international capacity. Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan bahwa dalam faktor international capacity, intervensi kemanusiaan dari dunia internasional sangat dibutuhkan namun dukungan dunia internasional harus menghadapi pertimbangan rasional untung rugi sebelum menjalankan keputusan. Amerika Serikat, Belgia dan Perancis sebagai anggota tetap DK-PBB turut memainkan game theory dalam kasus di Rwanda ini. Pertimbangan politis dan ekonomis turut menentukan sejauh mana upaya yang dilakukan oleh DK-PBB di Rwanda. Terlihat bahwa negara-negara superpower kurang memiliki minat ekonomi dan politik pada misi perdamaian di Rwanda karena dianggap tidak dapat memberikan keuntungan apapun pada negara-negara superpower.
Copyrights © 2023