Menstruasi adalah fase penting dalam tumbuh kembang remaja putri karena menandai berfungsinya sistem reproduksi. Gangguan berupa nyeri menstruasi tanpa kelainan atau penyakit disebut dismenore primer. Secara global, lebih dari separuh wanita usia produktif mengalami dismenore, dengan prevalensi pada remaja mencapai 90%. Di Indonesia, prevalensi dismenore bervariasi, mulai dari 41,5% (Sumatera Selatan) hingga 93% (Lampung). Nyeri sering dianggap wajar meskipun memengaruhi aktivitas harian, sehingga banyak remaja mengabaikan gejala. Remaja sering melakukan swamedikasi, baik farmakologi maupun nonfarmakologi, untuk mengatasi nyeri menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis penelitian sepuluh tahun terakhir terkait swamedikasi remaja putri dalam menangani nyeri menstruasi (dismenore primer). Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menganalisis 11 artikel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel diambil dari e-database seperti Science Direct, PubMed, Sage Journal, Scopus, Google Scholar, dan Garuda.Remaja putri melakukan swamedikasi untuk menangani nyeri menstruasi dengan prevalensi yang bervariasi di berbagai negara. Di Indonesia, prevalensi swamedikasi pada remaja dengan dismenore tercatat lebih dari 90%. Swamedikasi nonfarmakologi lebih sering dilakukan dibandingkan metode farmakologi. Delapan dari sebelas artikel menunjukkan bahwa persentase swamedikasi nonfarmakologi lebih tinggi dibandingkan farmakologi.
Copyrights © 2024