Dengan perkembangan industri smelter dan rencana pemindahan Ibu Kota Negara, di wilayah Kalimantan diperkirakan akan terjadi peningkatan kebutuhan listrik yang cukup besar. Jika suplai listrik tetap berasal dari pembangkit konvensional, emisi gas rumah kaca (GRK) dan pencemar udara (PU) akibat pemenuhan kebutuhan industri dan domestik di masa yang akan datang akan semakin meningkat dan berpotensi membahayakan kesehatan manusia serta lingkungan. Bauran energi nuklir berpotensi dapat berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan listrik yang meningkat tersebut dengan tingkat emisi yang jauh lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan beban emisi dari sektor energi listrik pada kondisi dasar (saat ini) dan pada skenario intervensi bauran EBT termasuk nuklir, ke dalam rencana suplai listrik di Kalimantan menggunakan metode sistem dinamik. Simulasi dilakukan pada empat skenario, yang dirancang berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik dan proporsi bauran pembangkit (nuklir, fosil, dan energi terbarukan seperti surya dan angin) yang bervariasi. Perhitungan emisi CO2, SO2, NOx, CO, PM10, dan PM2.5 pada skenario dasar dilakukan dengan asumsi penggunaan bahan bakar fosil di sektor pembangkit listrik. Sedangkan skenario disusun berdasarkan prediksi kebutuhan listrik dengan memperhitungkan laju pertumbuhan populasi dan dua kondisi pertumbuhan industri yaitu konservatif (berdasarkan laju pertumbuhan saat ini), dan ekspansif pada tahun 2021-2060. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PLTN berpotensi menjadi sumber energi yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan dengan dampak positif pada pengurangan emisi dan perbaikan kualitas udara.
Copyrights © 2024