Kota Surabaya belum berhasil mencapai salah satu target yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), terutama terkait dengan upaya pemenuhan sanitasi yang layak bagi seluruh penduduknya. Data Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya pada tahun 2022 mencatat bahwa ada 8.543 rumah tangga di kawasan permukiman kumuh yang masih melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) akibat tidak memiliki fasilitas jamban yang layak. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akses sanitasi di tiap tipologi permukiman kumuh dengan menggunakan teknik analisis skala likert. Perbedaan karakteristik permukiman kumuh dipertimbangkan karena studi terdahulu menemukan bahwa karakteristik ruang dan lingkungan berperan vital dalam menghasilkan variasi faktor yang mempengaruhi permintaan akses sanitasi. Hasil studi ini menemukan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh di semua tipologi dan berbeda secara spesifik di tiap tipologi permukiman kumuh. Faktor yang berpengaruh di semua tipologi permukiman kumuh adalah tingkat pendapatan keterbatasan lahan, tingkat pengetahuan, kesadaran perilaku hidup sehat, dan dukungan pemerintah. Sedangkan faktor yang spesifik berbeda adalah jaringan jalan, akses air bersih, jarak dengan sumber air, regulasi terkait BABS, serta status kepemilkan dan status penguasaan bangunan. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk merumuskan intervensi yang tepat dalam meningkatkan akses sanitasi di permukiman kumuh yang beragam di Kota Surabaya.
Copyrights © 2024