Dakwah ilallah sudah merupakan kewajiban bagi umat Islam, baik secara individu maupun kelompok, sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Melihat sejarah masuknya Islam di Indonesia, dikatakan bahwa salah satu pendekatan dalam penyebaran dakwah adalah melalui pendekatan sufistik. Melihat realitas bahwa berkembangnya Islam di wilayah Asia Tenggara terutama di Indonesia banyak dilakukan oleh para tokoh sufi, dapat diasumsikan bahwa pendekatan dakwah mereka berhasil. Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pendekatan tasawuf dalam dakwah.Rumusan masalah pada penelitian ini adalah ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan dakwah sufistik serta bagaimana pola pengembangan dari dakwah sufistik tersebut.               Mengingat penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kepustakaan, maka teknik yang digunakan adalah dengan source selection (seleksi sumber) dan analisis initi (content analysis), ditambah dengan metode deduktif. Data diperoleh dari sumber primer (buku yang berkaitan dengan tasawuf) dan sumber sekunder (berkaitan dengan ilmu kedakwahan dan lainnya).Pada penelitian ini dakwah sufistik yang dimaksud adalah "proses pembentukan manusia seutuhnya (insan kamil) oleh seorang mursyid kepada muridnya secara terus menerus, terukur, dan terkontrol, yang menekankan pada pendekatan kerohanian dalam rangka membentuk akhlak mulia dengan tujuan mendekatkan diri dan mendapat ridha-Nya". Dan yang menjadi penekanan dalam unsur dakwah adalah dai. Dai yang diharapkan adalah dai yang bukan hanya memiliki pengetahuan keagamaan yang mumpuni, namun yang lebih menjadi titik penekanan adalah dari dimensi akhlaknya. Jika meruntut apa yang menjadi acuan dalam tasawuf, dapat dipahami bahwa untuk menjadi dai tidaklah gampang. Dari pemaparan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh dai, seorang dai yang dinginkan memang dai yang ideal, misi utama seorang dai adalah menyempurnakan akhlak madunya (baik akhlak terhadap Khaliq maupun terhadap makhluq). Dan Untuk dapat melaksanakan misi tersebut tentunya yang pertama dilakukan dai adalah membekali dirinya dengan berbagai sifat mahmudah, baru kemudian dia memperbaiki akhlak madunya.Sedangkan pola yang dibangun pada dakwah sufistik adalah lebih menekankan pada tarbiyah dan talim (pendidikan dan pengajaran) dengan materi dan pelatihan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tujuan dakwah sufistik bukan sekedar menyampaikan risalah, namun sampai pada implementasi dalam segala lini kehidupan. Metode dakwah sufistik adalah holistik dan eksklusif.
Copyrights © 2008