Prevalensi stunting di Indonesia pada 2 tahun terakhir telah mengalami penurunan tetapi masih berada di atas standar WHO (<20%) salah satunya di Kalimantan Selatan. Diketahui salah satu faktor risiko utamanya adalah pengetahuan masyarakat yang kurang dan edukasi kesehatan merupakan alternatif solusinya. Oleh karena itu diperlukan alternatif pemecahan masalah yang lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih dapat diterima yaitu melalui pendekatan budaya salah satunya Madihin. Madihin adalah seni bertutur lisan yang berisi petuah pada masyarakat Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kesenian Madihin sebagai media edukasi pencegahan stunting (Macenting). Jenis penelitian ini yaitu Research and Development (R&D) Level 3. Subjek uji coba terdiri 30 peserta Posyandu Remaja Tamban yang dibagi 3 kelompok (intervensi Macenting berbahasa Banjar, Macenting berbahasa Indonesia, dan kontrol) danĀ  diambil secara Total Population Sampling. Hasil uji t-berpasangan didapat p-value=0,000 untuk kelompok Macenting berbahasa Banjar dan p-value=0,002 untuk Macenting berbahasa Indonesia. Hasil uji One Way ANOVA didapat p-value=0,007 atau ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan setelah diintervensi Macenting. Hasil uji Post Hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan responden antara kelompok Macenting berbahasa Banjar dengan kontrol (p-value=0,016) dan kelompok Macenting berbahasa Indonesia dengan kontrol (p-value=0,003), akan tetapi tidak ada perbedaan antara kelompok Macenting berbahasa Banjar dengan berbahasa Indonesia (p-value=0,477). Disimpulkan bahwa kesenian Madihin terbukti dapat dikembangkan menjadi media edukasi kesehatan pencegahan stunting.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024