Apakah kita dapat menggali narasi-narasi sejarah yang tidak tercatat dalam arsip atau dokumen-dokumen tekstual lainnya? Sejarah lisan adalah jawaban atas pertanyaan ini, di mana kelisanan menjadi salah satu sumber alternatif di samping sumber-sumber tekstual, yang seringkali dihasilkan oleh mereka yang berkuasa. Tidak hanya itu, sejarah lisan dapat digunakan sebagai metode untuk menggali pengalaman-pengalaman dari orang-orang biasa atau kelompok sosial yang dianggap ‘tidak penting’ sehingga dimarjinalkan dalam penulisan sejarah konvensional (Thompson, 2000). Jika sebelumnya kehidupan para kaum buruh, perempuan, atau petani, tidak menjadi pusat historiografi karena tidak tercatat dalam arsip, sejarah lisan mampu ‘menghidupkan’ mereka kembali. Menelusuri kehidupan mereka dapat memunculkan interpretasi baru terhadap sejarah, yang sebelumnya tidak dipertimbangkan oleh tradisi eksklusif dalam penulisan sejarah. Dengan kata lain, metode sejarah lisan muncul sebagai kritik terhadap tradisi konvensional dalam historiografi yang menjadikan dokumen tertulis sebagai sumber utama untuk menemukan ‘fakta-fakta sejarah’.
Copyrights © 2024