Sari Pediatri
Vol 10, No 5 (2009)

Faktor Risiko Lingkungan pada Pasien Japanese Encephalitis

I Gede E. Paramarta (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana)
I Komang Kari (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana)
Sunartini Hapsara (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana)



Article Info

Publish Date
29 Nov 2016

Abstract

Latar belakang. Penyakit Japanese encephalitis (JE) diperkirakan menjadi endemis di seluruh negara Asia,namun hanya sedikit kasus yang telah dilaporkan dari negara-negara tropis Asia seperti Indonesia, Malaysia,dan Pilipina. Di Indonesia terutama di Bali, penelitian mengenai faktor risiko lingkungan pasien JE padamanusia masih sangat terbatas.Tujuan. Mengetahui peran sawah dan babi sebagai faktor risiko JE.Metode. Suatu penelitian kasus-kontrol telah dilaksanakan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Bali, dariJanuari 2005 sampai Desember 2007. Pasien usia kurang dari 12 tahun dan tinggal di Provinsi Bali denganensefalitis akut atau meningoensefalitis dimasukkan dalam penelitian. Hasil diagnosis JE ditetapkan denganIgM virus-spesifik dalam cairan serebrospinal (CSS) dan serum, dengan metode IgM captures enzyme-linkedimmunosorbent assay (MAC ELISA).Hasil. Empat puluh enam orang telah dimasukkan sebagai subjek penelitian, 23 disebabkan oleh JE.Sawah RR 4,68 (IK 95% 1,29;16,98); p=0,016, babi RR 4,28 (IK 95% 1,24;14,73); p=0,018 dan jarakkandang kurang dari 100 meter RR 8,00 (IK 95% 1,27;50,04); p=0,004 berhubungan dengan terjadinyaJE. Umur rerata pasien JE 65,52 (SD 32,54) bulan. Setelah dilakukan analisis multivariat, variabel sawahdi sekitar tempat kediaman pasien menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik RR 69,9 (IK 95%1,55;314,52); p=0,029.Kesimpulan. Sawah di sekitar tempat tinggal pasien merupakan faktor risiko Japanese encephalitis. 

Copyrights © 2009