Prevalensi stunting di Puskesmas Karangdoro sebesar 5,55%, belum mencapai target KotaSemarang yang zero stunting. Kejadian stunting diduga berhubungan dengan beberapa faktor, sepertiriwayat KEK dan anemia kehamilan, BBLR, ASI eksklusif, serta hygiene sanitasi. Tujuan penelitian iniuntuk menganalisis faktor risiko yang menyebabkan kejadian stunting di wilayah Puskesmas Karangdoro.Penelitian analitik observasional dengan desain case control study, dilakukan terhadap 60 sampel yangterdiri dari 30 kasus yang dipilih menggunakan Total Sampling dan 30 kontrol menggunakan MatchingSampling lalu Sample Random Sampling. Data riwayat berat badan lahir, ASI eksklusif serta hygienesanitasi dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner, lalu riwayat KEK dan anemiadiperoleh dari data sekunder yaitu dari buku KIA. Analisis faktor risiko dilakukan dengan menghitung ORmenggunakan tabel 2x2. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 33,3% ibu hamil anemia, 13,3% ibu hamilKEK, 30% bayi dengan BBLR, 41,7% pemberian ASI tidak eksklusif, dan 83,3% keluarga dengan hygienesanitasi kurang. Ibu anemia (OR = 3,500), ibu KEK (OR = 1,800), bayi BBLR (OR = 2,895), pemberianASI eksklusif (OR = 1,147), dan keluarga dengan hygiene sanitasi kurang (OR = 2,739) adalah faktor risikokejadian stunting. Ibu anemia lebih berisiko 3,5 kali memiliki balita stunting, ibu KEK lebih berisiko 1,8kali memiliki balita stunting, bayi BBLR lebih berisiko 2,8 kali menjadi stunting, pemberian tidak ASIeksklusif lebih berisiko 1,1 kali memiliki balita stunting, dan keluarga dengan hygiene sanitasi yang kurangakan berisiko 2,7 kali memiliki balita stunting. Kata Kunci : anemia, ASI eksklusif, BBLR, hygiene sanitasi, KEK, stunting.
Copyrights © 2024