Sebagai bahan kimia yang dibilang kebutuhannya sangat tinggi di Indonesia, sodium silikat atau waterglass memiliki potensi pasar yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena penggunaannya yang luas dalam industri, mulai dari industri sabun dan deterjen, keramik, pengecoran logam, silica gel, coating, hingga tekstil dan batik . Dalam dunia perdagangan sodium silikat dibedakan menjadi beberapa grade. Dari masing-masing grade umumnya mempunyai kegunaan tersendiri. Berdasarkan Jurnal Bisnis BIZTEKA Industri dan Komoditi tahun 2021, produk sodium silikat yang paling banyak kebutuhannya adalah grade deterjen. Berdasarkan bank data Bizteka PT. CCI, penggunaan sodium silikat sebagai salah satu bahan baku pada industri detejen yaitu dengan rata-rata konsumsi sebesar 230.000 ton dari tahun 2016 hingga 2020.Pada pembuatan sodium silikat grade deterjen dari pasir silika dan sodium hidroksida, proses terbagi menjadi 3 bagian yakni yang pertama proses persiapan bahan baku, tahap pembentukan reaksi, dan pemurnian untuk mencapai kemurnian produk sebesar 96% dan selanjutnya akan disimpan dalam tangki penyimpanan produk sodium silikat.Pabrik direncanakan beroperasi secara kontinu 24 jam selama 330 hari per tahun dengan kapasitas produksi 35.000 ton/Tahun. Sumber dana investasi untuk pendirian pabrik berasal dari modal sendiri sebesar 40% dan 60% modal pinjaman, biaya investasi dengan bunga sebesar 5,96% Per tahun. Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, diperoleh total capital investment Rp199.200.195.216,33, nilai penaksiran modal (CAPEX) sebesar Rp 233.729.589.695,88 dan biaya produksi (OPEX) sebesar Rp 208.673.766.783,37, laju pengembalian modal/ internal rate of retrun (IRR) sebesar 25,62%, laju inflasi sebesar 2,38% pertahun per tahun, waktu pengembalian modal/ pay out time (POT) sebesar 3,66 tahun dan titik impas/ break even periode (BEP) sebesar 26,95 %. sehingga berdasarkan analisa BEP, NPV, POT, dan IRR, pabrik sodium silikat dari pasir silika dan NaOH ini layak untuk didirikan.
Copyrights © 2024