Bekasi, sebagai kota besar dengan jumlah penduduk mencapai 3,08 juta jiwa pada tahun 2020, menghadapi tantangan banjir yang semakin parah setiap tahun. Dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun dan ruang terbuka hijau yang hanya tersisa 16% dari luas wilayah, alih fungsi lahan terus memperburuk dampak banjir. Pada Februari 2021, banjir menggenangi 94 titik di Bekasi dengan kedalaman mencapai 2,5 meter di beberapa area permukiman, menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang besar. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk penanganan banjir semakin membebani anggaran, mencapai Rp74 miliar dari APBN dan Rp6,7 miliar dari APBD pada tahun 2020. Upaya mitigasi yang ada, seperti 37 polder dan normalisasi saluran, terbukti belum efektif, karena luas genangan terus meningkat setiap tahun. Pendekatan mitigasi yang lebih terstruktur dan menyeluruh sangat dibutuhkan agar kota tidak semakin rentan. Policy brief ini menawarkan solusi berupa model mitigasi banjir berbasis resiliensi yang menggabungkan intervensi struktural dan nonstruktural serta meningkatkan peran masyarakat dan kolaborasi antarlembaga. Model ini diharapkan mampu menciptakan Bekasi yang lebih tangguh, mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh banjir, dan mendukung keberlanjutan kota dalam jangka panjang.
Copyrights © 2024