Kemunduran Islam merupakan topik perdebatan antar akademisi, intelektual, ulama dan cendekiawan setidaknya mengenai faktor-faktornya. Akan tetapi, jarang disorot tentang kapan kemunduran tersebut berlangsung. Mayoritas mengidentifikasi kemunduran Islam terjadi pasca runtuhnya Baghdād pada 1258 M dan hancurnya Andalusia pada 1492 M. Persepsi ini secara tidak langsung memosisikan sejarah Islam sebagai peristiwa yang sistematis, bukan simultan. Artikel ini hendak mengungkap sisi tak terbaca dari kemunduran Islam menggunakan dua pisau analisis, yaitu signifikasi tanpa henti Umberto Eco dan struktur-superstruktur Karl Marx. Menjawab sisi tak terbaca itu, penulis mengajukan dua rumusan masalah. Pertama, apa tolok ukur kemunduran Islam? Kedua, bagaimana proses sosio-politik yang mengantarkan Islam pada kemundurannya? Berseberangan dengan persepsi dominan, artikel ini memunculkan dua kesimpulan bahwa kemunduran Islam sudah terjadi pada periode awal, tepatnya pada era sahabat, era yang selama ini ditahbiskan sebagai fase Islam ideal. Kemunduran itu bertopang pada distopia sejarah terhadap utopia Islam sebagai gerakan dakwah kultural berbasis iman. Itu terbaca dari dominasi motif qabīlah dan ghanīmah dalam keislaman periode awal. Dominasi dua motif ini menimbulkan tragedi-tragedi kelam Islam periode awal yang menghambat pembumian dimensi ideal dari Islam.
Copyrights © 2024