Dampak buruk stunting yakni kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Banyak hal yang berhubungan dengan kejadian stunting di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan yang berjumlah 1623 balita dengan sampel 94 balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Kota Bukittinggi dengan teknik Purposive Sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner ECLS-B Father Self-Administered Questionnaire untuk melihat dukungan ayah dan kuesioner Nilai Budaya dan Gaya Hidup oleh Cahyani et. al. untuk variabel Sosial Budaya terkait pemenuhan nutrisi Balita. Analisis bivariat data yang digunakan adalah dengan uji chi-square Test (a = < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan usia ibu saat hamil (p = 0,044), ada hubungan dukungan ayah (p = 0,012), dan sosial budaya (p = 0,002), tidak ada hubungan jumlah anak (p = 0,796) dan pendapatan keluarga (p = 0,654) dengan kejadian stunting. Dapat disimpulkan usia ibu saat hamil, dukungan ayah dan sosial budaya pemenuhan nutrisi merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Sementara jumlah anak dan pendapatan keluarga bukanlah faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Diharapkan perawat dan nakes dapat meningkatkan penyuluhan tentang stunting dan yang mempengaruhinya pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin.
Copyrights © 2024