Presbiakusis adalah gangguan pendengaran neurosensorik bilateral yang progresif dan ireversibel akibat penuaan organ pendengaran. Gangguan ini lebih umum terjadi pada lansia dan berdampak pada kualitas hidup serta interaksi sosial mereka. Dengan meningkatnya populasi lanjut usia secara global, termasuk di Indonesia, pemahaman yang lebih mendalam tentang patofisiologi, faktor risiko, dan implikasi klinis presbiakusis menjadi semakin penting. Kajian ini bertujuan untuk meninjau aspek patofisiologi, faktor risiko, dan implikasi klinis presbiakusis berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Literatur yang berkaitan dengan presbiakusis dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk penelitian epidemiologi, studi patofisiologi, dan laporan klinis mengenai manajemen presbiakusis. Presbiakusis disebabkan oleh degenerasi koklea dan jalur auditorik akibat penuaan. Faktor risiko meliputi predisposisi genetik, hipertensi, diabetes mellitus, paparan kebisingan, dan konsumsi zat ototoksik seperti rokok dan alkohol. Secara klinis, presbiakusis ditandai dengan penurunan kemampuan mendengar suara berfrekuensi tinggi, gangguan diskriminasi bicara, serta gejala tambahan seperti tinnitus dan vertigo. Tatalaksana presbiakusis melibatkan penggunaan alat bantu dengar, rehabilitasi pendengaran, serta pencegahan melalui kontrol faktor risiko.Presbiakusis merupakan masalah kesehatan yang signifikan pada lansia dengan dampak luas terhadap kognisi, kesejahteraan mental, dan sosial. Meskipun tidak dapat disembuhkan, intervensi dini dengan alat bantu dengar dan modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Edukasi serta peningkatan kesadaran masyarakat mengenai deteksi dini dan strategi pencegahan presbiakusis sangat diperlukan untuk mengurangi dampak buruk kondisi ini.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024