Introduction:Breast cancer during pregnancy is rare, with 2.3 to 40 cases per 100,000 women. It is typically defined as cancer diagnosed during pregnancy or within a year post-delivery. While some argue pregnancy accelerates cancer progression, others see no effect or potential protective benefits. Treating pregnant patients requires balancing the mother's cancer stage and fetal health, as surgery and chemotherapy pose risks like teratogenesis or miscarriage. Timing therapy appropriately remains a major challenge.Case Presentation: A patient, P4A0, presented with spontaneous preterm delivery and a prior history of a total left modified radical mastectomy due to left tubular breast carcinoma (T1aN1M0). She had undergone six cycles of chemotherapy with Cyclophosphamide (876 mg/m²), Epirubicin (80 mg/m²), and 5-Fluorouracil (Lipiforin) (759 mg/m²). Despite receiving chemotherapy, the patient discovered she was pregnant at 33 weeks of gestation. She arrived at the Obstetrics and Gynecology Emergency Department of Prof. Dr. Margono Soekarjo General Hospital during the second stage of labor. A female infant was born, weighing 1950 grams and measuring 44 cm in length, with no detectable congenital anomalies. The patient experienced no complications after delivery and was discharged in stable condition.Conclusion: The main challenge is deciding when to start chemotherapy in pregnant patients, considering risks like miscarriage and teratogenic effects. More research is needed to develop safe chemotherapy guidelines that balance maternal treatment and fetal health.Bayi Normal dengan Partus Prematurus Spontan pada Ibu Hamil dengan Kanker Payudara: Sebuah Laporan KasusAbstrakPendahuluan: Kanker payudara selama kehamilan jarang terjadi, dengan 2,3 hingga 40 kasus per 100.000 wanita. Kondisi ini biasanya didefinisikan sebagai kanker yang didiagnosis selama kehamilan atau dalam satu tahun setelah melahirkan. Beberapa ahli berpendapat bahwa kehamilan dapat mempercepat perkembangan kanker, sementara yang lain berpendapat bahwa kehamilan tidak memiliki pengaruh signifikan atau bahkan memberikan manfaat perlindungan tertentu. Penanganan pasien hamil memerlukan keseimbangan antara stadium kanker ibu dan kesehatan janin, karena operasi dan kemoterapi membawa risiko seperti teratogen atau keguguran. Penentuan waktu terapi yang tepat tetap menjadi tantangan utama.Presentasi Kasus: Seorang pasien, P4A0, datang dengan persalinan prematur spontan dan riwayat sebelumnya menjalani mastektomi radikal modifikasi total di sisi kiri karena karsinoma payudara tubular kiri (T1aN1M0). Pasien telah menjalani enam siklus kemoterapi dengan Cyclophosphamide (876 mg/m²), Epirubicin (80 mg/m²), dan 5-Fluorouracil (Lipiforin) (759 mg/m²). Meskipun menjalani kemoterapi, pasien baru mengetahui bahwa dirinya hamil pada usia kehamilan 33 minggu. Pasien tiba di IGD Obstetri dan Ginekologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dalam tahap kedua persalinan. Seorang bayi perempuan lahir dengan berat badan 1950 gr dan panjang 44 cm, tanpa kelainan bawaan yang terdeteksi. Pasien tidak mengalami komplikasi setelah persalinan dan dipulangkan dalam kondisi stabil.Kesimpulan: Tantangan utama adalah menentukan waktu yang tepat untuk memulai kemoterapi pada pasien hamil, dengan mempertimbangkan risiko seperti keguguran dan efek teratogenik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan pedoman kemoterapi yang aman, yang dapat menyeimbangkan untuk Kesehatan ibu dan janin.Kata kunci: Kanker Payudara, Kehamilan, Kemoterapi, Teratogen
Copyrights © 2025