Abstract This research aims to investigate the inventory management of soybean raw materials implemented at the Tofu Plosokandang Factory, in order to ascertain the optimal quantity of orders for cost-effective procurement of soybean raw materials at the said factory. The analytical approach employed in this research includes Economic Order Quantity, Purchase Frequency, Safety Stock, Reorder Point, and Total Inventory Cost. Findings from the study reveal that the procurement of cost-effective raw materials utilizing the EOQ method is more efficient, amounting to 8,330 kg through 5 orders annually, incurring inventory expenses of Rp957,966. In contrast, the company's current policy of 24 orders per year for a total of 1,750 kg results in costs of Rp2,380,625. A comparison between the two approaches illustrates a cost efficiency of Rp1,422,659. Moreover, establishing a safety stock of 4,100 kg is recommended to streamline the production process, alongside initiating a reordering process (Reorder Point) when raw material stocks reach 4,346 kg to prevent any potential delays in the supply of raw materials. Keywords: Control; Inventory; Raw Materials; EOQ Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk memastikan pengelolaan persediaan bahan baku kedelai yang dilaksanakan di Perusahaan Pabrik Tahu Plosokandang, dalam rangka menetapkan kuantitas optimal untuk pemesanan bahan baku kedelai di pabrik tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Kuantitas Pesanan Ekonomi (Economic Order Quantity), Frekuensi Pembelian, Stok Keamanan (Safety Stock), Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point), dan biaya persediaan keseluruhan. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata pengadaan bahan baku yang paling hemat biaya menggunakan teknik EOQ berjumlah 8.330 Kg dengan 5 pesanan per tahun, menimbulkan biaya persediaan sebesar Rp957.966. Sebaliknya, kebijakan perusahaan saat ini melibatkan 24 pesanan tahunan masing-masing 1.750 Kg, menghasilkan biaya persediaan sebesar Rp2.380.625. Perbandingan antara kedua pendekatan ini mengungkapkan efisiensi biaya sebesar Rp1.422.659. Selain itu, disarankan untuk mempertahankan Safety Stock sebanyak 4.100 Kg untuk mengoptimalkan proses produksi dan memulai pemesanan ulang ketika persediaan bahan baku mencapai 4346 Kg untuk mencegah potensi gangguan rantai pasokan. Kata kunci: Pengendalian; Persediaan; Bahan Baku; EOQ
Copyrights © 2024