Metode penyelesaian konflik merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan sebuah perkara. Metode penyelesaian konflik muncul sebagai solusi pemecahan dari sebuah konflik yang terjadi. Metode konflik bertujuan untuk menemukan titik solusi dari sebuah permasalahan, menyatukan hubungan menjadi kembali normal, meningkatkan interaksi antar manusia. Metode penyelesaian konflik hadir karena adanya konflik yang muncul ke permukaan. Upaya yang di alami kepala desa dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang tentram tentu tidak terlepas dari hambatan dan rintangan. Kepala Desa di tuntut untuk mampu memipin, mengayomi, mensejahtrakan, bahkan wajib menjadi penengah sebagai pegangan bagi masyarakat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Maka dari itu dalam penelitian ini,terdapat dua permasalahan yang menjadi dokus penelitian utama, yaitu Bagamana upaya yang dilakukan oleh Metode Penyelesaian Konflik Kepala Desa Dalam Menghadapi Permasalahan Di Gampong Lasikin Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue ? dan yang kedua Apa Hambatan Yang Dihadapi Kepala Desa Dalam Melakukan Metode Penyelesaian Konflik Yang Terjadi Di Tengah-Tengah Masyarakat Gampong Lasikin Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat deskriptif. Sumber informasi diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. informan meliputi petani, pemuka agama dan masyarakat. Verifikasi kebenaran informasi dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: di Gampong Lasikin metode penyelesaian konflik yang dilakukan oleh kepala desa sebagai pimpinan gampong berpusat pada teori pemecahan masalah konflik yang terdiri dari metode mediasi, negosiasi, konsiliasi dan rekonsiliasi, dengan tujuan menciptakan lingkungan masyarakat yang bebas konflik, tentram, aman, dan damai. Hambatan yang dihadapi oleh kepala desa pada saat menyelesaiakan konflik yaitu kurangnya komunikasi masyarakat dengan kepala desa dan aparatur gampong dalam menyelesaikan konflik, Adanya perasaan mampu menyelesaiakan konflik secara individu, penyampaian bahasa yang sulit, dan adanya perasaan malu, adanya pihak luar yang memperuncing masalah, adanya dendam pribadi, dan adanya dominasi dan perbedaan, sikap arrogan ketika proses resolusi konflik dengan faktor penyebab emosi, kondisi psikis, dan kurangnya pengetahuan.
Copyrights © 2024