In 2020, Sidomulyo Village faced challenges due to fluctuating coffee prices that affected the interest of KSU Buah Ketakasi. One of the steps taken is to collect coffee harvests for export to reduce losses of cooperative members and increase economic value. This study aims to explore the marketing model and the effectiveness of constraints on coffee processing of KSU Buah Ketakasi in Sidomulyo Village, Jember Regency. This research uses a qualitative approach with a case study research type. In determining informants, researchers used puposive techniques, while data collection techniques used interviews, observation, and documentation. The results showed that the coffee industry of KSU Buah Ketakasi uses the 7P marketing mix model which includes product, price, promotion, place, people, process, and physical evidence. Furthermore, KSU Buah Ketakasi's marketing has not run optimally due to challenges such as the price neck caused by the imbalance between farmers and collectors, as well as the impact of the rainy season on the coffee processing process. Overcoming these problems, KSU Buah Ketakasi informs farmers, especially members of the Asli Sidomulyo Farmer Group, to avoid picking coffee cherries that are still young or light green in color, so that the quality of the coffee powder produced can be protected. [Pada tahun 2020, Desa Sidomulyo menghadapi tantangan karena harga kopi yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi minat KSU Buah Ketakasi. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan hasil panen kopi untuk diekspor untuk mengurangi kerugian anggota koperasi dan meningkatkan nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi model pemasaran dan efektivitas kendala pengolahan kopi KSU Buah Ketakasi di Desa Sidomulyo, Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik puposive, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri kopi KSU Buah Ketakasi menggunakan model bauran pemasaran 7P yang meliputi product, price, promotion, place, people, process, dan physical evidence. Selanjutnya, pemasaran KSU Buah Ketakasi belum berjalan secara optimal karena adanya tantangan seperti adanya price neck yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara petani dan pengepul, serta dampak musim hujan terhadap proses pengolahan kopi. Mengatasi permasalahan tersebut, KSU Buah Ketakasi menginformasikan kepada para petani khususnya anggota Kelompok Tani Asli Sidomulyo untuk menghindari pemetikan buah kopi yang masih muda atau berwarna hijau muda, agar kualitas bubuk kopi yang dihasilkan dapat terjaga].
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025