Tingginya ketergantungan masyarakat perbatasan Indonesia di Batam dan Pontianak pada produk impor, termasuk ilegal, akibat persepsi superioritas kualitas dan kemudahan akses geografis, mendorong penelitian ini menganalisis hubungan faktor demografis dengan preferensi konsumen minuman bubuk cokelat instan seiring transformasi kebijakan perbatasan menjadi gerbang ekonomi. Melalui metode kuantitatif dengan survei terhadap 200 responden (purposive sampling), dianalisis variabel demografis (jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan) dan atribut produk (warna, aroma, rasa, tekstur) menggunakan uji chi square. Hasil penelitian mengungkap hubungan signifikan antara aspek demografis dan preferensi konsumen, dengan pola berbeda antar wilayah: konsumen Pontianak cenderung memilih produk lokal karena pertimbangan harga dan kualitas, sementara di Batam preferensi lebih dipengaruhi informasi merek dan produk. Uji organoleptik menunjukkan bahwa dalam uji buta, penilaian didasarkan secara objektif pada atribut sensorik, sedangkan pada uji terbuka, preferensi terpengaruh oleh merek dan pertimbangan demografis seperti tingkat pendidikan serta jenis pekerjaan. Temuan ini membuktikan kompleksitas faktor penentu daya saing produk lokal di perbatasan, sekaligus menyoroti perlunya strategi berbasis segmentasi demografis spesifik lokasi dan peningkatan kualitas sensorik untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Copyrights © 2025