Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan ung-gulan dan utama Indonesia sebagai penghasil minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil), yaitu minyak kelapa sawit mentah yang diolah kembali menjadi beberapa produk turun-an. Ekspor minyak sawit berperan penting untuk Indonesia karena kontribusi terhadap neraca perdagangan yang cukup besar. Volume ekspor minyak sawit Indonesia dari tahun 2019 hingga 2022 mengalami penurunan secara berkala namun pun-cak penurunan yang paling tajam terjadi pada bulan Mei 2022 sebesar 68% yang disebabkan oleh pemberlakuan kebijakan pelarangan ekspor CPO. Kebijakan ini diberlakukan pada 28 April hingga 23 Mei 2022 untuk mengatasi kelangkaan pasokan minyak goreng dalam negeri. Larangan ekspor CPO ini kemu-dian dicabut karena banjirnya minyak sawit dalam negeri hing-ga tangki tingkat produsen penuh dan menyebabkan petani me-rugi karena harus menjual dengan harga rendah. Indonesia se-bagai eksportir dan produsen minyak sawit terbesar di dunia harus mempertimbangkan agar kebutuhan ekspor minyak sa-wit tetap terpenuhi. Sebagai antisipasi perubahan volume eks-por dapat diperkirakan dengan mengembangkan model pera-malan yang memperhitungkan efek intervensi kebijakan ter-sebut. Penelitian ini menggunakan metode Autoregressive Inte-grated Moving Average (ARIMA) dengan fungsi intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model yang terbentuk, yaitu ARIMA (1,0,0) dengan orde intervensi (1,0,0). Hasil permodelan ini menunjukkan terdapat peningkatan nilai volume ekspor CPO sebesar 0,445 juta ton pada satu periode sebelum inter-vensi dan penurunan nilai volume ekspor CPO sebesar 0,141 juta ton pada dua periode sebelum intervensi serta nilai volume ekspor CPO dipengaruhi sebesar 0,316 kali dari nilai volume ekspor CPO sebelumnya, dengan akurasi model MAPE sebesar 12,69% dan RMSE sebesar 0,390 maka dikatakan baik dan ha-sil ramalan sudah mendekati nilai sebenarnya.
Copyrights © 2024