Lanskap karst seperti di Gunungkidul, Yogyakarta, menghadapi tantangan serius dalam sektor pertanian akibat kelangkaan air dan kondisi tanah yang dangkal serta mudah tererosi. Keterbatasan ini menghambat produktivitas pertanian dan ketahanan terhadap variabilitas iklim. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem pertanian berkelanjutan yang secara khusus disesuaikan dengan karakteristik wilayah karst. Sistem yang dikembangkan mengintegrasikan pemanenan air hujan, ekstraksi air tanah yang terkendali, akuakultur, dan irigasi tetes. Penerapan dilakukan di Desa Sumbergiri, Gunungkidul. Air hujan dikumpulkan dari atap bangunan dan disimpan untuk digunakan saat musim kemarau, sehingga mengurangi ketergantungan pada air tanah. Air tanah diambil melalui sumur dalam dengan pompa bertenaga surya sebagai sumber cadangan. Limbah akuakultur yang kaya nutrisi dimanfaatkan untuk mengairi tanaman melalui sistem irigasi tetes yang menyalurkan air langsung ke zona akar tanaman secara efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan terintegrasi ini meningkatkan efisiensi penggunaan air, mendukung daur ulang nutrisi, dan meningkatkan hasil panen, bahkan selama musim kemarau. Sistem ini menawarkan model yang dapat direplikasi untuk pertanian berkelanjutan di wilayah karst dan daerah yang kekurangan air.
Copyrights © 2025