AbstrakBudidaya lebah kelulut (Trigona sp.) dengan pendekatan apikultur agroforestri telah dilakukan di Fakultas Hukum Universitas Samudra Langsa. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kemudahan budidaya serta kendala utama berupa keterbatasan sumber pakan pasca-replanting kebun kelapa sawit. Penurunan jumlah koloni dari 40 menjadi 6 kloni menunjukkan ketergantungan tinggi terhadap ketersediaan nektar dan polen. Upaya mengatasi masalah ini dilakukan dengan menanam berbagai tanaman pakan seperti pohon santos, belimbing, jambu, dan bunga air mata pengantin. Selain sebagai sumber pakan, tanaman penaung juga berperan menjaga suhu dan kelembapan sarang. Hasil budidaya berupa madu, propolis, dan polen bernilai ekonomi tinggi dan berpotensi sebagai produk obat tradisional. Sistem apikultur ini mencerminkan prinsip agroforestri melalui integrasi tanaman multiguna dan keberlanjutan ekosistem, serta memperkuat aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi masyarakat sekitar.Kata Kunci: agroforestri, apikultur, lebah madu kelulut, pohon pakan AbstractStingless bee (Trigona sp.) cultivation using an apiculture agroforestry approach was conducted at the Faculty of Law, Samudra University, Langsa. This study explores the feasibility and main constraints of beekeeping, especially the declining forage availability after oil palm replanting. The number of colonies dropped from 40 to 6 due to limited nectar and pollen sources. To overcome this, forage plants such as Santos, starfruit, guava, and Antigonon were cultivated to support year-round honey production. Shade plants also helped stabilize the hive’s microclimate. Products such as honey, propolis, and pollen have high economic value and potential for traditional medicine. This apiculture practice reflects agroforestry principles by integrating multifunctional plants for ecological and economic sustainability, while also strengthening local social and environmental aspects.Keywords: agroforestry, apiculture, stingless honey bees, forage plants,
Copyrights © 2025