Industri konstruksi bangunan termasuk konsumen bahan baku dan sumber daya terbesar di dunia. Bangunan yang dirancang hanya untuk memenuhi kebutuhan di masa kini cenderung perlu renovasi terus menerus untuk tetap relevan di masa depan sehingga terjadi konsumerisme dalam hal sumber daya konstruksi (material dan energi) berlebih. Selain penggunaan sumber daya yang semakin tinggi, proses konstruksi juga menjadi penghasil limbah tertinggi di dunia. Konsumerisme yang sama terjadi di industri fashion yang disebut sebagai fast fashion. Industri fast fashion terus berkontribusi dalam kelangkaan sumber daya dan kerusakan lingkungan sehingga hadirlah slow fashion sebagai gerakan yang mengutamakan produksi yang berkelanjutan, transparan, dan bernilai. Gerakan slow fashion dalam industri arsitektur dapat dicapai melalui strategi desain yang mengutamakan citra dan guna sebuah bangunan sehingga mengandung makna, nilai yang tidak mudah tergantikan meskipun fungsinya bisa berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan hidup. Kata Kunci: Arsitektur Slow Fashion, Arsitektur Keberlanjutan, Citra, Guna, Nila
Copyrights © 2025