<![CDATA[Pertumbuhan urbanisasi yang pesat di DKI Jakarta menyebabkan meningkatnya permintaan hunian di tengah keterbatasan lahan dan tingginya harga properti. Namun, lonjakan populasi di perkotaan turut mendorong peningkatan konsumsi energi, terutama dalam penggunaan listrik dan pendinginan ruangan, yang berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca (GRK). Selain itu, fenomena Urban Heat Island (UHI) memperburuk kondisi iklim mikro kota, meningkatkan suhu udara, serta menambah beban operasional pada bangunan. Tanpa strategi pembangunan yang berkelanjutan, Jakarta berisiko menghadapi krisis energi dan degradasi lingkungan yang semakin parah. Sebagai solusi, konsep self-sustaining apartment dengan penerapan passive design menjadi pendekatan arsitektural yang berkelanjutan. Strategi desain pasif seperti optimasi orientasi bangunan, ventilasi alami, insulasi termal, serta penggunaan material dengan daya serap panas yang rendah dapat mengurangi kebutuhan energi secara signifikan. Selain itu, integrasi energi terbarukan, sistem pengelolaan air mandiri, dan atap hijau berkontribusi dalam menciptakan apartemen yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan pendekatan ini, apartemen tidak hanya menjadi hunian yang lebih hemat energi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penghuninya serta mendukung ketahanan lingkungan perkotaan di masa depan.]]>
Copyrights © 2025
