Pandemi COVID-19 telah membawa dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk persepsi masyarakat terhadap program imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana konstruksi sosial masyarakat terbentuk terhadap Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di masa pascapandemi, dengan fokus pada wilayah kerja Puskesmas Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Informan penelitian terdiri atas orang tua murid, petugas puskesmas, guru sekolah dasar, dan tokoh masyarakat yang dipilih secara purposive. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, sedangkan analisis dilakukan secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi sosial masyarakat terhadap BIAS mengalami pergeseran signifikan setelah pandemi. Sebelum pandemi, program ini diterima dengan baik oleh masyarakat karena dianggap penting dalam melindungi anak dari penyakit menular. Namun, pascapandemi, muncul resistensi yang didorong oleh informasi negatif dari media sosial, kekhawatiran terhadap efek samping vaksin, dan isu kehalalan yang memengaruhi keyakinan sebagian masyarakat. Meski demikian, terdapat pula masyarakat yang tetap mendukung program BIAS karena memahami manfaatnya secara medis dan sosial. Puskesmas Baebunta merespons dinamika ini dengan strategi komunikasi dan pendekatan sosial, seperti penyuluhan langsung, metode jemput bola, dan edukasi yang melibatkan pihak sekolah serta tokoh masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan pelaksanaan program imunisasi tidak hanya bergantung pada ketersediaan layanan kesehatan, tetapi juga pada konstruksi sosial yang terbentuk di masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan partisipatif dan kultural yang mengedepankan edukasi, kepercayaan, serta kolaborasi lintas sektor untuk membangun kembali partisipasi masyarakat terhadap imunisasi anak di era pascapandemi
Copyrights © 2025