Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena migrasi tenaga kerja Indonesia yang semakin meningkat, khususnya ibu-ibu yang bekerja di luar negeri demi peningkatan taraf ekonomi keluarga. Kabupaten Karawang menjadi salah satu wilayah dengan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang cukup besar. Banyaknya ibu yang bekerja di luar negeri membawa konsekuensi emosional dan sosial yang signifikan bagi keluarga, terutama anak-anak yang ditinggalkan. Meski kepergian mereka biasanya didorong oleh alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik, kondisi ini membawa tantangan besar dalam menjaga komunikasi dan hubungan emosional dengan keluarga. Teknologi komunikasi seperti telepon, video call, dan media sosial memberikan alternatif, namun tidak sepenuhnya mampu menggantikan kehadiran fisik ibu di rumah. Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman komunikasi ibu pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Taiwan dengan keluarga mereka di Indonesia. Pendekatan fenomenologi Alfred Schutz digunakan untuk memahami motif dan dinamika komunikasi jarak jauh yang melibatkan lima informan. Temuan menunjukkan bahwa motif bekerja sebagai PMI terbagi menjadi because-motives (lapangan kerja sulit, faktor ekonomi, lingkungan sosial, dan status sebagai orang tua tunggal) dan in-order-to-motives (meningkatkan pendapatan, memenuhi kebutuhan keluarga, mendukung pendidikan anak, dan memiliki aset). Komunikasi jarak jauh memiliki dampak positif seperti membangun kemandirian anak, namun juga membawa dampak negatif berupa keterbatasan kehadiran fisik ibu dalam momen penting keluarga. Penelitian ini menyoroti peran teknologi komunikasi dalam menjaga keharmonisan keluarga dan pentingnya dukungan emosional dalam hubungan jarak jauh.
Copyrights © 2025