Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu sentra produksi kedelai nasional untuk mengejar target swasembada kedelai yang mampu memproduksi satu juta ton kedelai per tahun. Kebutuhan kedelai secara Nasional maupun di NTB dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain (El nino/ La nina), perubahan iklim akan memicu meningkatnya frekuensi cuaca/iklim ekstrim, kemarau panjang, hujan ekstrim. Perubahan iklim di Nusa Tenggara Barat tentu akan memberikan dampak terhadap luasan kesesuaian agroklimat kedelai. Dengan memanfaatkan data model iklim regional Conformal Cubic Atmospheric Model (CCAM) resolusi 14 km dari project Climate Change Adaptation Project CSIRO-UNRAM, data tersebut digunakan untuk membuat proyeksi iklim yang kemudian digunakan untuk menghitung klasifiklasi kesesuaian agroklimat kedelai sesuai standard FAO di NTB dimasa depan. Terjadi penurunan rata-rata curah hujan tahunan di periode masa depan dan kenaikan temperatur rata-rata dari 20- 30 ºC periode baseline menjadi sekitar 23-32 ºC pada periode future. Analisis kelas kesesuaian agroklimat untuk tanaman kedelai di NTB diproyeksikan mengalami perubahan signifikan dengan berkurangnya luas kelas kesesuaian S1 (Sangat Sesuai) turun sebesar 3.0 %, kelas S3 ( Sesuai Marginal) turun 12.5 % dan kelas N (Tidak Sesuai) turun sebesar 9.2 namun demikian terjadi pula peningkatan kelas S2 (Cukup Sesuai) sebesar 24.7% baik pada periode (2040-2069) serta pada periode (2070-2099) relatif terhadap periode baseline (1981-2010)
Copyrights © 2015