Responsiveness merupakan indikator utama penilaian tingkat kinerja humanitarian logistics. Salah satu strategi yang memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian responsiveness adalah pre-positioning fasilitas logistik. Sebagai provinsi yang paling sering mengalami kejadian bencana, Jawa Barat menghadapi masalah mulurnya response time pendistribusian bantuan logistik ke 70,37% titik demand di wilayah kabupaten/kota. Kemuluran ini terjadi akibat penerapan kebijakan persediaan yang tidak tepat. Proses distribusi yang selama ini berlangsung dalam pola singleechelon membuat jangkauan pelayanan kabur seiring persebaran titik demand yang melebar. Sebagai upaya menekan response time agar berada pada batas 60 menit, diusulkan solusi penempatan gudang penyangga yang difungsikan sebagai penengah distribusi bantuan logistik antara BPBD Jawa Barat dan BPBD/Damkar kabupaten/kota. Adapun penetapan lokasi gudang penyangga dilakukan menggunakan pendekatan MCLP, yaitu sebuah metode untuk menentukan lokasi optimal fasilitas dengan fungsi tujuan memaksimasi pemenuhan kebutuhan dalam jangkauan yang telah ditetapkan. Metode MCLP yang digunakan dalam penelitian ini menyertakan beberapa parameter tambahan yang relevan dengan kiteria lokasi gudang bantuan bencana. Setelah dilakukan proses penyelesaian ditetapkan Kota Bekasi, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Bogor, Kota Tasikmalaya, dan Kota Sukabumisebagai lokasi dimana gudang penyangga akan dibuka. Kata kunci— Humanitarian Logistics, Gudang Bantuan Logistik, Kebijakan Multi-Echelon, MCLP
Copyrights © 2024