Penelitian ini mengkaji pelestarian keris sebagai benda cagar budaya dengan fokus pada Paguyuban Pelestari Tosan Aji dan Pusaka (PATAKA) Surabaya, sebuah komunitas yang merepresentasikan beragam perspektif dan praktik keagamaan dalam konteks budaya lokal. Meskipun keris telah diakui sebagai warisan budaya dunia, kajian yang menghubungkan pelestarian keris dengan nilai-nilai spiritual dan praktik keagamaan berbasis kearifan lokal masih jarang dilakukan, sehingga diperlukan penelitian yang mendalam. Dengan menggunakan metode kerja lapangan dan pendekatan kualitatif, penelitian ini berupaya memahami fenomena sosial dan religius yang menyertai tradisi keris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat mengenai keris telah berkembang dari sekadar mengenali jenis (dapur) dan komposisi metalurginya menjadi apresiasi yang lebih mendalam terhadapnya sebagai warisan leluhur yang memuat pesan moral, semangat perjuangan, patriotisme, serta mitologi yang berfungsi sebagai konstruksi sosial dan penanda sejarah kepemilikan. Selain itu, perilaku keagamaan para pegiat keris mencerminkan kesadaran spiritual yang dipengaruhi oleh ajaran dan tradisi Jawa, berakar pada kearifan lokal yang mendorong praktik keagamaan moderat. Spiritualitas ini mengandung nilai moral untuk mewujudkan kebaikan ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran religius dalam tradisi keris mencakup lima dimensi—ritual, ketaatan, kognitif, afektif-spiritual, dan konsekuensial—yang membentuk dasar bagi sikap beragama moderat dan inklusif yang berorientasi pada harmoni sosial.
Copyrights © 2025