AbstractThis study explores the potential development of farm-to-table (FTT)-based culinary tourism within the context of freshwater aquaculture in Batu Kumbung Village, West Lombok, Indonesia. While the FTT concept is widely applied in agriculture, its implementation in aquaculture particularly freshwater is still underexplored. Using a qualitative case study approach, data were collected through in-depth interviews, focus group discussions, and participant observations. Findings reveal that local catfish farming practices align with sustainability principles through the use of earthen ponds, organic feed, and traditional tools. Meanwhile, the village’s flagship product, mandalika catfish, contributes to local food security and is processed into various value-added dishes reflecting a zero-waste philosophy. The integration of aquaculture and culinary activities within a holistic FTT experience offers an authentic, multisensory, and inclusive form of participatory tourism. This study contributes to the growing literature on aquaculture tourism and highlights FTT as a viable model for sustainable rural tourism.AbstrakPenelitian ini mengkaji potensi pengembangan pariwisata kuliner berbasis farm to table (FTT) dalam konteks budidaya perikanan air tawar di Desa Batu Kumbung, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Meskipun konsep FTT telah banyak dikembangkan dalam sektor pertanian, penerapannya dalam sektor perikanan khususnya air tawar masih relatif jarang dibahas. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi kasus, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, FGD, dan observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik budidaya ikan lele di Batu Kumbung telah mencerminkan prinsip keberlanjutan melalui penggunaan kolam tanah, pakan organik, dan alat-alat tradisional. Ikan lele mandalika sebagai komoditas unggulan tidak hanya berkontribusi terhadap ketahanan pangan lokal, tetapi juga telah diolah menjadi berbagai produk kuliner khas yang mendukung implementasi zero waste. Integrasi aktivitas budidaya dan pengolahan kuliner dalam satu rangkaian pengalaman FTT berbasis masyarakat dinilai mampu menciptakan wisata partisipatif yang autentik, multisensori, dan inklusif. Temuan ini memperkaya literatur tentang minawisata dan membuka peluang pengembangan wisata kuliner berbasis perikanan sebagai alternatif pariwisata berkelanjutan.
Copyrights © 2025