Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan sebaran potensi wilayah perikanan tangkap di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, pada tahun 2024. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan memanfaatkan kombinasi data spasial dan non-spasial. Data primer dikumpulkan melalui observasi langsung aktivitas nelayan serta wawancara mendalam di lapangan, sementara data sekunder diperoleh dari dokumen statistik perikanan, peta administratif, dan citra satelit. Analisis data dilakukan dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG), melalui teknik overlay untuk menghasilkan representasi spasial wilayah potensi tangkap. Temuan menunjukkan bahwa Kecamatan Tlanakan menjadi wilayah dengan hasil tangkapan tertinggi sebesar 15.585,10 ton. Selanjutnya, Kecamatan Pademawu mencatatkan 3.509,19 ton, diikuti Pasean dengan 3.451,95 ton, Batumarmar sebesar 1.103,33 ton, Galis 805,65 ton, Larangan 506,64 ton, dan Kadur sebagai wilayah dengan volume tangkapan terendah sebesar 23,74 ton. Berdasarkan jenis ikan, hasil tangkapan didominasi ikan demersal sebanyak 11.251,10 ton, disusul ikan pelagis kecil (7.008,30 ton), pelagis besar (4.828,11 ton), binatang air lunak (1.705,99 ton), binatang air keras (726,8 ton), dan ikan karang (95,3 ton). Pemetaan menunjukkan konsentrasi potensi tangkapan yang tinggi di kecamatan pesisir seperti Tlanakan, Pademawu, dan Pasean. Kondisi ini menegaskan pentingnya faktor geografis serta perlunya pengelolaan berbasis spasial untuk mendukung keberlanjutan sektor perikanan tangkap. This study aims to identify and map the distribution of capture fisheries potential in Pamekasan Regency, East Java Province, in 2024. A descriptive qualitative approach was applied by utilizing both spatial and non-spatial data. Primary data were collected through direct field observations and in-depth interviews with local fishermen, while secondary data were obtained from fishery statistics, administrative maps, and satellite imagery. Data analysis was conducted using Geographic Information Systems (GIS) through an overlay technique to spatially visualize potential fishing zones. Findings indicate that Tlanakan District recorded the highest fish catch volume, totaling 15,585.10 tons. This was followed by Pademawu (3,509.19 tons), Pasean (3,451.95 tons), Batumarmar (1,103.33 tons), Galis (805.65 tons), Larangan (506.64 tons), and Kadur, which had the lowest catch volume at 23.74 tons. In terms of fish types, demersal fish dominated the total catch at 11,251.10 tons, followed by small pelagic fish (7,008.30 tons), large pelagic fish (4,828.11 tons), mollusks (1,705.99 tons), hard-shelled aquatic animals (726.8 tons), and reef fish (95.3 tons). The spatial mapping revealed that coastal districts such as Tlanakan, Pademawu, and Pasean have a high concentration of fishing potential. These results highlight the significant role of geographic factors in determining fishery productivity and emphasize the importance of spatial-based management to support sustainable capture fisheries development.
Copyrights © 2025