Pengobatan tradisional yang berlandaskan sumber alam hayati, terutama tumbuh-tumbuhan, telah digunakan sejak lama di Indonesia. Negara Indonesia mempunyai kekayaan sumber hayati yang besar, diantaranya adalah tanaman rempah dan obat. Salah satu tanaman obat yang masih diminati di Indonesia adalah temulawak. Temulawak memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu Alkaloid, Flavonoid, Triterpenoid, Saponin dan Tanin sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional dalam bentuk sediaan suspensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi suspending agent PGA dan CMC-NA terhadap mutu sediaan suspensi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Penelitian  ini  merupakan  penelitian  secara eksperimental yang meliputi pembuatan ekstrak, formulasi sediaan dan pemeriksaan mutu fisik sediaan seperti uji organoleptis, uji pH, uji berat jenis, uji viskositas, uji sedimentasi dan uji redispersi. Adapun formulasi sediaan suspensi temulawak terdiri dari F1 dengan konsentrasi PGA 2% dan CMC Na 1%, F2 konsentrasi PGA dan CMC Na 1,5% dan F3 konsentrasi PGA 1% dan CMC Na 2%. Hasil pengamatan dan pengujian terhadap parameter mutu suspensi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan perbandingan variasi konsentrasi suspending agent PGA dan Na-CMC terhadap mutu sediaan ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) baik dari segi viskositas, sedimentasi, dan redispersi dengan p-value >0,05. Diharapkan kepada penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian efektivitas terhadap sediaan suspensi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai antidiare, tonikum antibakteri dan lain sebagainya.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025